Sanggupkah, Dana Desa sebesar Rp. 72 Milyar pada tahun ini mampu meredam angka kemiskinan di perdesaan, seperti yang ditargetkan Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi, Abdul Halim Iskandar? Lewat Badan Usaha Miliki Desa (BUMDEs), diharapkan angka kemiskinan di perdesaan mampu ditekan hingga 10%. BUMDEs pun dianggap menjadi mesin ekonomi yang paling ampuh untuk mengurai benang kusut kemiskinan di perdesaan.
Sebuah proyek yang optimistis, untuk tidak menyebut ambisius, dan seolah menyederhanakan permasalahan; bahwa kemiskinan di perdesaan hanyalah persoalan ekonomi semata. Padahal akar kemiskinan desa sesungguhnya lebih kompleks dan mendasar; kemiskinan structural sekaligus kultural. Karenanya, mestinya pendekatan yang ditawarkan lebih holistic dan komprehensif. Lebih dari sekedar semata mata ekonomi.
Sumber: geotimes.co.id
Maka, mengawalinya perlu adanya peta jalan kemiskinan desa. Ini penting untuk melihat apa dan bagaimana sebuah kemiskinan terjadi. Asumsinya; karena setiap kemiskinan yang terjadi di perdesaan berbeda. Sebab berbeda, maka pendekatan dan intervensinya pun berbeda. Karena tidak semua kemiskinan yang terjadi di perdeasan terjadi karena ekonomi.
Ada dua peta wajah kemiskinan di perdesaan di Indonesia; kemiskinan structural dan kemiskinan kultural. Keduanya tentu membutuhkan pemecahan yang berbeda. Kalau kemiskinan yang pertama (structural), pendekatanya harus structural; kebijakan, komitmen aparat desa, dan politik desa. Selama ketiga hal ini belum dan tidak disentuh, selama itu pula kemiskinan akan terus terjadi di desa.
Selanjutnya; kemiskinan kemiskinan kultural. Sebuah kemiskinan yang lahir dari sebuah kebudayaan; kemalasan, etos yang rendah, hingga pengaharap bantuan, dan seterusnya. Menghadapi kemiskinan desa yang seperti ini maka, pendekatannya yang dibutuhkan tentu harus juga lebih ke kebudayaan; kesadaran sosial, etos, dan keinginan untuk merdeka (dari kemiskinan dan keterbelakangan).
Pertanyaanya; peta kemiskinan mana yang dominan pada sebuah desa sehingga menyebabkan mereka berada dalam jurang gelap keterbelakangan. Lantas; dimanakah BUMDES berdiri di atas kemiskinan perdesaan. Jangan jangan ia berada dalam peta kemiskinan desa yang salah.(Khoirul Rosyadi)