Dimasa pandemi covid 19 ini di daerah Kamal dan sekitarnya mengalami krisis ekonomi. Saat ini di daerah yang memiliki kampus Universitas Trunojoyo itu banyak masyarakat yang di berhentikan dari kerjanya atau di rumahkan. Kondisi perekonomian warga terpuruk. Daya beli masyarakat turun. Jangankan membeli alat elektronik, untuk memenuhi kebutuhan makan sehari-hari tidak ada.
Uang tabungan semakin lama semakin menipis. Apa lagi saat ini biaya untuk sekolah bukan hanya membayar SPP saja, tetapi juga harus membelikan anak laptop atau telepon selular untuk kepentingan sekolah daring. Pengangguran juga semakin meningkat.
Bukan hanya itu saja tetapi masyarakat yang memiliki usaha kos-kosan dan warung menghasilkan pendapatan yang menurun dari tahun sebelumnya. Masyarakat yang memiliki kos-kosan mengalami kerugian karena banyak mahasiswa yang pulang ke kampung halamannya karena harus belajar secara daring.
Kepulangan para mahasiswa juga diharapkan orang tua wali mahasiswa agar pengeluarannya lebih sedikit. Saat ini di pinggir-pinggir jalan lebih banyak penjual daripada pembeli. Hal ini karena masyarakat lebih memilih menghemat uangnya untuk hal yang lebih penting.
Banyak juga masyarakat yang menjual tanah dan lahan perkebunannya untuk biaya hidup keluarganya. Namun di sisi lain ada keanehan, lahan-lahan yang terjual itu, yang dulunya banyak tanaman hijau yang menyejukkan, saat ini justru menjadi perumahan. Ketika banyak warga asli Kamal mengalami deraan krisis, namun ada warga daerah lain yang justru membelanjakan uangnya untuk membeli tanah dan membangun rumah.
Akibat perubahan kawasan ini, dulu di daerah Kamal jarang terjadi banjir, tetapi saat hujan, air sering menggenang dan perlu waktu lama untuk surut. Hal ini karena yang dulunya ada banyak lahan kosong yang menjadi tempat resapan air, kini sudah tertutup perumahan. Sebuah paradoks.