Saat ini porang adalah komoditas pertanian yang lagi menjadi buah bibir. Setiap diucapkan orang selalu mengasosiasikan kepada pertanyaan harga berapa, kualitasnya seperti apa dan seterusnya. Demikian yang dikatakan Ngakib Al Ghozali. Ketua DPP P3N dalam webinar komoditas bertema Porang Sebagai Ketahanan Pangan Nasional Sabtu siang 8 Mei 2021.
Tangkapan layar, para pembicara dan moderator
Ngakib juga menyebutkan bahwa karena luas lahan di pedesaan lebih luas dari pada di perkotaan, maka desa memiliki potensi lebih besar sebagai penghasil porang. Kenyataan ini juga yang membuat produksi porang di desa menjadi potensi besar dalam mendukung program ketahanan pangan dan kegiatan ekspor.
Webinar ini akhirnya berbicara porang dengan dimensi sangat luas. Mulai dari budidaya, pengolahan pasca panen, hingga potensi usaha dan bahkan peluang ekspornya. Peserta juga banyak yang berharap akan ada pelatihan teknis di masa datang.
Menurut Ngakib, sudah sejak beratus ratus tahun porang ada di bumi pertiwi ini. Di pinggir jurang, di bawah rumpun bambu, di bawah pohon duku dan pepohonan yang rindang, di semak belukar, di hutan lebat, tanpa ada orang kita sudi menengok atau bisa memanfaatkannya. Bahkan jadi gulma dan musuh bagi petani karena lebatnya daun porang yg mengalahkan tanaman sayur dll. Dicabut, dibabat dibuang ke jurang
Spesies tanaman porang sendiri ada banyak, antara lain adalah Amorphophallus oncophyllu, Amorphophallus campanulatus, Amorphophallus variabilis, Amorphophallus decus silvae, Amorphophallus spectabilis, Amorphophallus titanum, Amorphophallus muelleri. Bisa jadi masing-masing jenis memiliki keunggulan yang berbeda. Namun belum banyak yang melakukan peneltian tentang hal ini.
Tanaman Porang memiliki rentang ekosistem yang luas. Mulai dataran rendah sampai dataran tinggi. Misalnya desa-desa di dataran rendah Pekalongan sampai di desa-desa di dataran tinggi Wonosobo Jawa Tengah.
Ngakib menjelaskan bahwa dalam menanam porang itu ada rukun bibit dan waktu yang benar. Kemudian ada juga syarat penanaman porang. Yaitu porang selaku butuh air, sinar matahari, unsur hara dari pupuk, dan perawatan.
Ngakib menunjukkan porang yang mengalami dorman sempurna dan tak sempurna
Bibit porang itu ada dua sumber. Pertama dari biji spora dari bunga dan dari umbi katak, atau umbi yang ada di daun. Kemudoan bibit dari umbi juga ada dua jenis, yang mengalami dorman sempurna dan yang mengalami dorman tak sempurna.Yang mengalami dorman sempurna bisa tahan 10 bulan. Ini semua menurut Ngakib akan menentukan kualitas akhir porang. Nah, bibit yang bagus adalah yang berasal dari panen sudah matang. Perlu diingat, bahwa umbi katak yang dorman ada yang super jumbo ukurannya.
Setelah Ngakib, giliran pembicara berikutnya adalah Dr. Sri Rahayoe, STP, MP, peneliti di Departemen Teknik Pertanian dan Biosistem Fakultas Teknologi Pertanian UGM Yogyakarta.
Ibnu Tanjung, menunjukkan daging nabati yang merupakan inovasinya dari pengolahan porang
Sri Rahayoe menjelaskan bahwa pengolahan pasca panen porang yang baik sesuai penelitiannya ada beberapa tahap.
Dari porang hasil panen diproses menjadi chip porang. Kemudian dari chip porang diproses menjadi tepung porang. Selanjutnya dari tepung porang ini diproses menjadi tepung glukomanan. Glukomanan inilah yang pada akhirnya menjadi bahan yang bisa dicampurkan ke bahan makanan lain seperti sosis, bakso dan lain sebagainya. Dari tepung porang ke bentuk glukomanan ini ada proses penghilangan kalsium oksalat yang biasanya menyebabkan rasa gatal. Kalsium oksalat ini berpotensi menyebabkan batu ginjal kalau dikonsumsi, sehingga harus dihilangkan dulu kata Sri Rahayoe.
Tangkapan layar presentasi Dr. Sri Rahayoe tentang tahapan pengolahan porang
Sepengetahuan Sri, hingga saat ini Indonesia baru ekspor sampai tahap chip porang saja, belum sampai glukomanan. Padahal ekspor glukomanan tentu akan ada nilai tambah yang tinggi dibanding ekspor porang mentah.
Menurut Sri dalam setiap tahap itu ada tingkat rendemen yang beda-beda. Ada pengurangan berat masa ketika berubah menjadi bentuk berikutnya. Misalnya dari buah porang ke chip porang terjadi pengurangan volume dari 6 menjadi 2 kg. Selisih berat ini menjadi material yang harus terbuang. Kemudian dari tepung porang ke tepung glukomanan kalau dihitung secara prosentase tingkat rendemennya adalah 45%.
Sementara itu pembicara lain adalah Ibnu Tanjung. Inovator pengolahan porang di SMK Mojayan Madiun. Selama 3 bulan terakhir ia melakukan percobaan pengolahan porang secara organik. Menurut Ibnu, saat ini ada tiga metode penghilangan asam oksalat porang. Yaitu mekanik, kimia dan organik.
Tangkapan layar presentasi Dr Sri Rahayoe, kalsium oksalat, senyawa yang banyak terdapat dalam porang yang harus dihilangkan
Ibnu menekuni cara organik ini. Ibnu melakukan lima tahap penghilangan kalsium oksalat hingga menjadi glukomanan. Yaitu pencucian, perendaman, perebusan, penghalusan, dan pencetakan. Hasil akhir pencetakan ini ia sebut sebagai daging nabati.
Dari 5 tahap tersebut hal penting yang menjadi temuan Ibnu dalam berinovasi adalah pada tahap pencucian yakni yang ia lakukan dengan mencucinya pakai air mengalir dan dikasih lidah buaya. Kemudian perendaman dengan pemberian bio jos –sistem organik dengan bahan bioporang yang berasal dari porang juga.
Teknik yang diterapkan Ibnu Tanjung ini ia klaim satu satunya di Indonesia. Bahkan ini konon merupakan teknik yang dipakai tentara Jepang dalam mengolah porang saat melakukan ekspansi wilayah di Asia Tenggara tahun 1945. Dan ini dirahasiakan mereka hingga kini. Teknik ini memang agak berbeda dengan yang dilakukan Sri Rahayoe di laboratoriumnya di Fakultas Teknologi Pertanian UGM.
Tangkapan layar presentasi Dr Sri Rahayoe tentang glukomanan
Daging nabati porang sebagai hasil akhir proses pengolahan porang Ibnu ini kemudian bisa diproses menjadi makanan lain. Diantaranya perkedel, bakso, masker wajah, lem, chip, tempe, sate dan lain-lain.
Namun menurut Sri Rahayoe, sebenarnya bukanlah glukomanan ini yang menjadi bahan makanan. Melainkan glukomanan ini yang hanya dicampurkan ke bahan makanan lain seperti mie, sehingga sekarang muncul produk mie shirasaki. Karena glukomanan ini merupakan bahan yang sangat mudah mengembang. Sehingga sedikit saja dicampur maka makanan yang dicampuri akan menjadi banyak sekali.
Sri mengaku porang yang dia teliti sebagian besar berasal dari tanaman yang tumbuh di Desa Nglanggeran Gunung Kidul.
Umbi katak atau umbi yang ada di daun porang (iles-iles)
Sepanjang acara webinar ini pembahasan hanya berkisar pada pemanfaatan porang untuk makanan. Meskipun ada informasi bahwa porang bisa dipakai untuk kepentingan banyak hal seperti bahan kosmetik, bahan bakar, industri alutista, namun selama ini Sri Rahayoe masih riset untuk makanan saja.
Namun demikian bagi Anda yang sedang antusias bertani dan berbisnis porang, terutama yang tinggal di pedesaan, peluang ini tentu menarik untuk dijadikan pertimbangan sebagai peluang bisnis.
Porang dan hasil olahannya yang berupa mie shirataki
Yang perlu diingat saat ini porang sedang booming. Orang dilarang menanam porang agar tidak overkuota saja tidak bisa menurut Ngakib Al Ghozali, yang merupakan Ketua Umum Petani penggiat Porang Nusantara (P3N) ini.
Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa yang sebelumnya dijadwalkan hadir dalam acara ini, sampai acara selesai ternyata tidak jadi bergabung. — avicenia