Indonesia sudah memasuki era waspada sampah plastik. Dilansir dari data terbaru National Plastic Action Partnership yang dirilis bulan April 2020, volume sampah plastik di tahun 2020 mencapai 6,8 juta ton dan tumbuh sebesar 5% setiap tahunnya. Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) Republik Indonesia, kembali menegaskan komitmennya untuk mencapai visi besar bersama untuk mengurangi sampah hingga 30% dan melakukan penanganan sampah sebesar 70% di tahun 2025.
Dilansir dari BBC Indonesia, peningkatan sampah belanja di Indonesia naik drastis selama pandemi Covid-19 karena jumlah layanan GoFood meningkat hingga 20%, sementara GrabFood juga mengalami peningkatan sebesar 4%. Sampah tempat makan serta kemasan yang berbahan plastik menjadi pilihan hingga ikut menyumbang jumlah sampah yang sulit terdegrasi. Sehingga tidak heran jika ternyata Indonesia menduduki posisi kedua sebagai negara penyumbang sampah plastik terbesar di dunia.
Dibutuhkan waktu 1000 tahun agar plastik dapat terurai oleh tanah secara terurai dengan sempurna. Ini adalah sebuah waktu yang sangat lama. Saat terurai, partikel-partikel plastik akan mencemari tanah dan air tanah. Jika dibakar, sampah plastik akan menghasilkan asap beracun yang berbahaya bagi kesehatan yaitu jika proses pembakaranya tidak sempurna, plastik akan mengurai di udara sebagai dioksin. Senyawa ini sangat berbahaya bila terhirup manusia. Dampaknya antara lain memicu penyakit kanker, hepatitis, pembengkakan hati, gangguan sistem saraf dan memicu depresi.
Sampah plastik merupakan sampah yang paling banyak terdapat di sungai, sama halnya seperti yang terdapat di jembatan sungai dusun pos yang terdapat banyak sampah plastik yang mengakibatkan tersumbatnya aliran sungai dan tercemarnya lingkungan setempat. Kenyamanan plastik yang murah sama sekali tidak sebanding dengan banyaknya risiko yang ditimbulkan, kita semua sama-sama tidak ingin bumi dipenuhi oleh indahnya warna-warni beragam jenis plastik yang dapat membahayakan seluruh makhluk hidup dan ekosistem. Maka dari pernyataan tersebut para pemuda-pemudi di Dusun Pos, Tanah Merah, Bangkalan berinisiatif untuk memberikan edukasi kepada warga masyarakat dusun pos terkait berbahayanya penggunaan kantong plastik yang berlebihan.
Dari fenomena tersebut untuk mengambil sebuah langkah kecil para pemuda-pemudi Dusun Pos memberikan solusi alternatif untuk mengurangi pemakaian kantong plastik sekali pakai dengan penggunaan totebag yang dapat dipakai berulang kali. Dengan menggunakan totebag setiap melakukan aktifitas berbelanja akan sangat mengurangi kuantitas sampah kantong plastik. Totebagini bisa digunakan ketika berbelanja ke pasar lokal, atau bahkan ke supermarket, bisa juga untuk membawa barang-barang pada saat bepergian keluar rumah karena totebage ini sangat nyaman di pakai, dapat juga di lipat lalu di simpan pada tas/ bagasi untuk pemakaian secara tiba-tiba pada kondisi tertentu.
#Ayo kita bisa bergerak untuk peduli, menjaga dan janganlah menunggu lingkungan rusak dan merugikan kita bersama.