Warga Desa Prawoto menyulap Sendang Njibing menjadi Waterboom untuk menarik pengunjung khususnya masyarakat luar Prawoto agar lebih mengenal wisata di desa tersebut. Terdapat fasilitas penyewaan ban yang disediakan bagi para pengunjung yang akan berenang. Harga dibanderol Rp 2.000 per bannya. Terdapat pula penyewaan tikar untuk bersantai atau berkumpul dengan keluarga maupun sekedar bercengkerama dengan teman. Yang paling menarik adalah flying fox yang sengaja dipasang di atas waterboom.
Suasana sejuk tergambar dari pepohonan yang ada di sekeliling waterboom. Terdapat warung-warung kecil yang menjajakan aneka ragam makanan dan minuman yang dapat memuaskan pengunjung yang datang. Selain itu, disediakan peralatan mandi bagi pengunjung yang tidak membawa peralatan mandi.
Sendang Njibing sebelum menjadi waterboom dulunya hanya sumber mata air yang dimanfaatkan warga sekitar untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Sejarah singkat Sendang Njibing menurut Sulasi, seorang warga setempat mengatakan, dulu wedono atau lurah dibantu pimpinan Belanda membuat Njibing.
Pertama adalah observasi lokasi, lalu dimulai membangun dengan mempekerjakan beberapa tukang untuk membuat saluran air pembuangan kearah selatan. Aliran Sendang Njibing dibuat seperti tampungan berbentuk persegi panjang. Hulu sendang dijaga dengan baik agar terjaga kebersihan airnya hingga sekarang.
Dulu ada banyak monyet-monyet yang menghuni di sekeliling sendang. Namun, monyet-monyet itu sekarang sudah tidak ada lagi. Terdapat sebuah pohon besar jenis karet yang dianggap keramat oleh masyaraka sekitar. Wargalah yang merawat Sendang Njibing hingga saat ini, dan selalu berupaya untuk menjaga kealamian lingkungannya.
Dulunya terdapat rumah panggung yang di gunakan untuk menyambut para bupati yang datang. Pada tahun 1920 Sendang Njibing mulai dikenal masyarakat sebagai wisata alam. Namun, dulu tidak semodern saat ini, hanya sebuah sendang yang asri. Kondisi Sendang Njibing dulu sangat asri dengan warga yang sadar untuk merawataya. Sebab kini banyak pihak yang tidak bertanggangjawab yang tidak mempedulikan kelestarian alam dari sendang ini.
Terdapat sebuah tradisi yaitu syukuran menyembelih kerbau atau kambing dan mengundang kesenian daerah seperti pewayangan dilakukan setiap bulan Apit. Sebelum dibangun waterboom Sendang Njibing hanya dimanfaatkan secukupnya masyarakat sekitar mendapatkan penghasilan tambahan dengan cara membuka warung atau membuka parsewaan ban dan tikar. Sebelum membahas lebih lanjut mengenai Sendang Njibing terlebih dahulu kita simak sejarah Desa Prawoto.
Mengenal Desa Prawoto
Menurut kepala Desa Prawoto, Ahmad Hero Fachrus, Desa Prawoto merupakan peninggalan zaman kasunanan Prawoto, Sultan ke-4 Demak. Awalnya Desa Prawoto ikut Kabupaten Kudus dan merupakan desa Kawedanan. Namun telah terjadi permasalahan, sehingga warga Desa Prawoto memilih ikut Kabupaten Pati. Masuk Kecamatan Sukolilo.
Pada masa penjajahan Belanda beralih dari kawedanan menjadi Desa Prawoto itu sendiri. Balai Desa Prawoto merupakan bukti peninggalan Belanda yang berdiri sejak tahun 1863. Sampai sekarang fungsi bangunan tersebut tetap sama. Perkembangan Desa Prawoto dari dulu hingga sekarang memiliki satu hal yang tidak pernah berubah yaitu kerukunanya yang tinggi. Masyarakat Prawoto juga terkenal ulet dalam bekerja dan membangun lapangan kerja, hal itu dibuktikan dengan banyaknya tempat usaha di Desa Prawoto.
Desa Prawoto kini menjadi desa yang mandiri terutama dalam bidang pertanian dan pariwisata. Kini Desa Prawoto dikenal sebagai tempat wisata religi dengan daya tarik makam Sunan prawoto. Selain wisata religi kini Desa Prawoto memiliki sebuah ikon wisata lagi yaitu Sendang Njibing. Dulu desa Prawoto menjadi desa wisata hanya angan-angan masyarakat Prawoto. Namun sekarang hal itu bisa terwujud berkat dukungan salah satu wakil DPRD yaitu Siti Maudluah, S.E.
Obyek Wisata yang Kental dengan Cerita Mistis
Sendang Widodaren adalah salah satu sendang yang dikenal oleh masyarakat luar akan cerita mistisnya, Dipercayai bahwa sendang ini pernah dipakai mandi oleh tujuh bidadari yang turun dari kayangan. Kemudian masyarakat Berpendapat kalau mandi atau mencuci muka di sendang tersebut akan awet muda, maka Sendang Widodaren tersebut menjadi mistis bagi masyarakat sekitar. Airnya yang jernih di manfaatkan untuk tempat saluran air, memenuhi kebutuhan sehari-hari, untuk mandi mencuci dan lain-lain. Keadaan sumber di kelilingi pepohonan yang besar sehingga terkesan asri dan segar. Cerita yang tersebar dari sendang ini juga sama dengan yang tersebar di daerah lain yaitu cerita Jaka Tarub.
Masyarakat sekitar merawat dengan baik sendang ini dan harapannya agar pemerintah bisa menjadikan sendang ini menjadi obyek wisata seperti halnya Sendang Njibing. Selain Sendang Widodaren ini ada enam sumber lainnya yang mempunyai cerita mistis salah satunya Sendang Sambeng dan Sendang Belik.
Sendang Sambeng
Asal-usul Sendang Sambeng ini peninggalan dari Mbah Lempong, dia adalah orang sakti mandraguna. Mbah Lempong ini penjaga buah duku, dia ingin melempar satu butir buah duku itu, tiba- tiba berubah menjadi gadis cantik yang diberi nama dengan sebutan Wewe Putih. Mbah Lempong ingin sekali menikahi Wewe Putih dan dikaruniai seorang putra yang diberi nama Raden Bagus Parianom.
Ketika Raden Bagus Parianom menginjak dewasa Mbah Lempong pun meninggal dunia. Jenazah Mbah Lempong dimakamkan didekat sendang itu. Hingga saat ini sendang itu dimanfaatkan warga sekitar untuk mandi, mencuci pakaian, dan air minum bahkan pada saat bulan keramat penanggalan jawa masyarakat mengadakan khajatan di Sendang itu guna menghilangkan tolak bala dan adat istiadat warga tersebut.
Sendang Belik
Pada zaman dahulu seorang dayang yang bernama Den Musyo mempunyai kuku yang panjang. Pada saat itu Den Musyo ingin mengasah kuku panjangnya tersebut, setelah diasah batu ungkal itu diberi nama dengan sebutan Batu Ungkal Seno. Batu itu berfungsi untuk mempertajam kuku Seno Werkudoro. Batu itu sekarang diletakkan di bawah bambu-bambu yang terdapat di sekitat sendang Sekarang masyarakat memanfaatkah sumber mata air itu untuk mandi dan memcuci motor. Air dari Sendang Belik ini sangat jermih bahkan pantulan wajah terlihat jelas saat berdiri dekat sendang, ketujuh sendang ini menambah kekayaan mineral di Desa Prawoto.