Saat ini Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) barangkali sedang mengalami masa keemasan. Di banyak pedesaan di Indonesia didirikan BUMDes. Namun apakah seluruh BUMDes yang ada itu dalam kondisi sehat dan bisa menjalankan usahanya dengan baik?
Tentu saja tidak. Kalau kita lihat data BUMDes di laman bumdes.id terdapat data menarik. Saat ini setidaknya ada 1248 BUMDes berhasil didata oleh bumdes.id. Kemudian bumdes.id melakukan penilaian kesehatan usaha BUMDEs dimana diketahui ada 592 BUMDEs dikategorikan sebagai bumdes rintisan. Kemudian 452 dinilai sebagai Bumdes Berkembang, dan hanya ada 185 yang dianggap sebagai Bumdes Maju.
Ini artinya masih banyak pekerjaan rumah agar BUMDes yang ada di desa-desa itu bisa maju dan sehat dalam menjalankan usaha bisnisnya. Bumdes.id membuat inisiatif kolaborasi dengan menggandeng perguruan tinggi untuk melakukan upaya-upaya pemajuan BUMDes. Formatnya adalah dengan menyelenggarakan Kuliah Kerja Nyata tematik pendampingan BUMDes.
Selama 6 bulan mahasiswa/i dari perguruan tinggi yang menjalin kerjasama diterjunkan ke desa-desa yang telah menjalin kerjasama juga dengan bumdes.id untuk melakukan pendampingan sekaligus menerapkan ilmu yang diperolehnya di bangku kuliah untuk menyelesaikan masalah-masalah yang muncul di BUMDes.
Saat ini bumdes.id telah berhasil menggandeng Universitas Negeri Semarang (Unes) dan Universitas Pancasila –Program Studi Manajemen, fakultas Ekonomi dan Bisnis—serta BUMDes Serdang Wetan Kecamatan Legok, Kabupaten Tangerang yang telah menerima mahasiswa KKN tersebut. Menurut catatan bumdes.id sendiri saat ini sudah ada 125 mahasiswa yang magang (KKN) dan 1200 bumdes yang bisa ditempati oleh mahasiswa magang.
M Nuruddin Subhan, SE, MM Ketua Program Studi manajemen FEB Universitas Pancasila menyebutkan bahwa program KKN tematik Bumdes di Universitas Pancasila sendiri dikaitkan dengan program Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM). Dalam program MBKM salah satunya konsepnya adalah mahasiswa diperbolehkan belajar 3 bulan di luar program studinya. Kemudian Universitas Pancasila mengembangkan konsep ini dengan mengkonversinya salah satunya dengan KKN tematik Bumdes ini.
Nuruddin menambahkan bahwa, turunan praktisnya program KKN Tematik Bumdes ini bisa melakukan review perdes, review AD/ART, penyusunan perdes dan AD/ART sesuai dengan PP Nomor 11 tahun 2021. Selanjutnya mendorong inovasi (penyusunan program kerja Bumdes). Digitalisasi meliputi pelatihan digitalisasi pemesaran Bumdes, optimasi sosial media, dan pembuatan katalog online.
Selanjutnya juga mendorong adanya sustainability, yang meliputi diantaranya pemilihan unit usaha unggulan, pemetaan proses bisnis, pelatihan pengelolaan keuangan bumdes, menilai keberlanjutan usaha.
Pemilihan Bumdes sebagai obyek KKN Tematik Universitas Pancasila ini didasarkan kepada kenyataan bahwa Bumdes merupakan entitas yang penting, baik bagi pembelajaran mahasiswa maupun sebagai agen kemajuan desa. Hal ini dikarenakan pengelolaan Bumdes harus memenuhi 2 fungsi yaitu sebagai lembaga komersial dan lembaga sosial bagi masyarakat desa. Sebagai lembaga sosial Bumdes diharapkan bisa menyediakan pelayanan sosial. Sedangkan sebagai lembaga komersial, Bumdes harus bisa mengembangkan sumber daya lokal guna memperoleh keuntungan bagi masyarakat desa.
Sementara dari sisi perguruan tinggi, faktanya di Indonesia jumlah perguruan tinggi cukup banyak. Sementara itu jumlah desa cukup banyak juga dengan kondisi yang masih memerlukan support dari pihak luar seperti perguruan tinggi. Jumlah mahasiswa Indonesia juga cukup banyak, kira-kira nomor 3 setelah India dan Brazil.
Maraknya pemanfaatan teknologi digital seperti pemanfaatan komputer, gadget dan internet, serta pemanfatan sosial media berbasis internet telah menciptakan ekosistem yang mendorong dilakukannya KKN tematik Bumdes tersebut.
Mencoba menilik Bumdes Serdang Wetan yang telah menjadi lahan KKN Tematik Universitas Pancasila ini, menurut penjelasan direkturnya, Muhammad Roup, S.Pd., Bumdes Serdang Wetan saat ini mengelola ekowisata berbasis masyarakat, kemudian juga membantu fasilitasi UMKM yang dikelola warga terkait legalitas dan pelatihan, mengembangkan market place bagi usaha bisnis warga, membantu mengembangkan branding unit usaha bisnis warga, dan memfasilitasi koneksi internet bagi pengembangan bisnis warga.
Selain kegiatan yang difasilitasi bumdes.id, BUMDes Serdang Wetan sebelumnya juga telah menggandeng Universitas Multimedia Nusantara, Swiss German University, IPB University, Universitas Sultan Agung Tirtayasa dan Universitas Guna Darma.
Sementara itu Rudy Suryanto, founder bumdes.id terkait dukungan kolaborasi dengan perguruan tinggi untuk pemajuan Bumdes dan desa setidaknya saat ini ada 5 program. Pertama adalah magang mahasiswa di bumdes, KKN tematik, penyelenggaraan kuliah tambahan bagi kepela desa atau aparat desa dengan bekerjasama dengan dirjen dikti, agar kades atau perangkat desa bisa meningkatkan pengetahuan dan keahliannya. Kemudian juga ada riset tentang bumdes dan program kemitraan, seperti saat ini ada 1.313 bumdes yang telah menjalin kerjasama dengan bumdes.id.
Risa dari bumdes.id menambahkan bahwa magang di desa ini penting dan cukup menarik, karena hal ini menjadi wujud nyata kontribusi pada masyarakat. Kemudian Bumdes merupakan lembaga perekonomian desa yang memiliki peran penting dalam mewujudkan kesejahteraan masyarakat desa. Magang di Bumdes juga mendorong kolaborasi kampus dengan Bumdes untuk membangun ekosistem demi memajukan Bumdes dan menjadi ruang belajar bagi mahasiswa.
Untuk mendukung magang dan KKN Tematik Bumdes, bumdes.id saat ini juga mengembangkan aplikasi e-magang mahasiswa. Aplikasi yang bisa diinstal pada smarphone android ini telah dipakai dalam KKN Tematik di Bumdes Serdang Wetan, dan terbukti cukup membantu mahasiswa dan dosen pembimbing lapangan.
Apa yang dilakukan bumdes.id, Prodi Manajemen FEB Universitas Pancasila dan Bumdes Serdang Wetan Kabupaten Tangerang Banten ini merupakan contoh upaya kolaborasi yang cukup bagus bagi pemajuan desa pada umumnya dan Bumdes pada khususnya.
Dalam webinar yang diselenggarakan pada Jum’at 24 September 2021 telah menjadi diseminasi rintisan kolaborasi tersebut. 300-an peserta dari berbagai perguruan tinggi dari seluruh Indonesia dan praktisi Bumdes terlihat sangat antusias mengikti acara ini hingga selesai.