Jombang adalah nama kota terkenal dengan sebutan kota santri, yang ditandai dengan banyaknya pondok pesantren yang ada di kabupaten Jombang. Selain itu, kabupaten Jombang sendiri memiliki potensi di sektor pertanian. Masih banyak daerah yang dikelilingi oleh lahan persawahan. Seperti di daerah Ploso Jombang. Ploso merupakan sebuah nama kecamatan kabupaten Jombang yang terletak dibagian utara kabupaten Jombang, kecamatan ini berada di sebelah selatan dibatasi oleh sungai brantas. Ploso merupakan persimpangan jalan provinsi Jombang-Tuban melalui jalur Lengkong-Mojokerto. Dulu Ploso juga merupakan nama kawadenan (pembantu Bupati), yang wilayahnya mencakup daerah kabupaten Jombang di sebelah utara sungai brantas. Dan di daerah ini terdapat beberapa hasil pertanian seperti tembakau, jagung, dan juga menanam tanaman palawija.
Tembakau masih menjadi andalan petani di Jombang. Meskipun juga sering mengalami kerugian akibat cuaca yang tidak menentu. Daun emas pernah berjaya di era tahun 90-an ini, kini masih kembali ditanam oleh petani di lima kecamatan kawasan utara Jombang. Masyarakat di kawasan utara sungai brantas memang masih mengandalkan tembakau disaat musim kemarau. Karena mereka sudah pernah merasakan hasilnya pada tahun-tahun sebelumnya. Dikatakan total lahan pertanian di kawasan utara Jombang yang berada di lima kecamatan, yaitu ; Ploso, Plandaan, Kabuh, Kudu, dan Ngusikan serta kecamatan Bareng seluas 4.500 Hektar. Petani di daerah tersebut sangat mengandalkan tembakau sebagai mata pencaharian. Dalam konteks pertanian, pemerintah kabupaten Jombang juga memberikan bantuan pupun dan pembinaan, juga telah menjalin kerjasama dengan penyuplai tembakau pabrikan. setiap satu hektar lahan, bisa menghasilkan 14 Ton daun tembakau. Salah satu varitas tembakau yang menjadi andalan petani adalah jenis Pakpie dan Manila, yakni varitas lokal asli Ploso, Jombang. Varitas tembakau ini bisa diterima disemua produksi rokok dan petani disini terus akan mengembangkan varitas tembakau lokal asli Ploso karena kwalitasnya telah diakui oleh semua pabrikan rokok.
Pada tahun 2018 lalu, kepala Dinas Pertanian menyebutkan, kabupaten Jombang mampu memproduksi tembakau basah mencapai 59.090 Ton. Sedangkan untuk menjaga harga dipasaran tidak perlu menambah luas tanam namun yang perlu ditingkatkan adalah produksi dan produktivitasnya. Pada tahun 2018 petanincenderung menjual daun tembakau basah yang harganya kisaran Rp. 2.500 sampai Rp. 3.000 saja /Kg. Namun berbeda dengan saat ini, dengan adanya penambahan kegiatan sosialisasi, pembinaan, serta bantuan alat pasca panen, petani dapat mengelola hasil panen secara mandiri, baik bentuk olah janturan maupun ranjangan yang diupayakan dapat meningkatkan pendapatan harga yang lebih tinggi kisaran Rp. 35.000 sampai Rp. 40.000/ Kg. Mutu dan kwalitas tembakau di Jombang semakin membaik, karena adanya program untuk peningkatan kwalitas bahan baku yang didalamnya memfasilitasi bantuan pupuk khusus tembakau dan alat pengolahannya yang tepat.
Harga jual tembakau memang naik turun (tidak menentu), salah satu faktor penyebabnya adalah karena keadaan cuaca yang dapat mempengaruhi tanaman tembakau. Misalnya pada musim hujan, hasil daun tembakau tidak dapat maksimal dan akhirnya juga berdampak pada penghasilan yang menurun. Kualitas yang didapat tidak sesuai dengan keinginan perusahaan dan tentu sangat merugikan petani.
Baru-baru ini, awal tahun 2020. Pandemi Covid-19 yang disebabkan virus corona (nCov-19) telah berdampak pada semua aspek hampir diseluruh dunia. Sudah berbulan-bulan Indonesia terpapar dan masih belum nampak terdapat indikasi bahwa pandemi ini akan segera berakhir. Pandemi ini sangat memmrlukan aksi internasional yang berkelanjutan. Untuk itu selain melakukan mitigasi untuk mengurangi dampak negatif yang semakin parah terhadap kehidupan manusia dan ekonomi, kita juga perlu memperhatikan golongan yang memiliki resiko paling rentan yaitu ; manula, keluarga miskin, penderita gizi buruk, dan penduduk miskin yang tinggal di pedesaan yang sebagian besar hidupnya bergantung pada sektor pertanian. Pengaruh virus corona telah nyata dirasakan oleh masyarakat yan hidup di kawasan sektor pertanian. Penduduk desa (apalagi yang terpencil) memiliki akses kesehatan dan informasi tentang covid-19 yang terbatas. Sektor pertanian adalah sektor primer yang selalu menyediakan kebutuhan pangan dan gizi untuk semua manusia. Selama manusia masih ada maka akan terus berkembang selama manusia masih memerlukan kepentingan perut. Bahkan ditengah krisis seperti ini permintaan akan terus menerus ada.(Putri Ageil Nur Ashari)