Seorang sahabat sekaligus senior, banding; akan dibawa kemana Obordesa.id ini? Pertanyaan yang khas kaum modernis; semua harus jelas, terukur, dan konkrit tentang capaian yang diraih; kemapanan, kebesaran, kepopuleran, dan kegelimangan. Jika tidak, lha nyapo rekoso, soro. Mikir liyan saja.
Obordesa.id, barangkali nama yang aneh, paling tidak baru di telinga kita. Tapi obor sebagai penerang, ia adalah sahabat, kawan, dan cahaya bagi siapa saja yang pernah lahir dan tinggal di desa, di era jauh sebelum pembangkit listrik menerangi kehidupan masyarakat desa hari ini.
Maka; sebenarnya Obordesa.id adalah nama yang Kami hadirkan sebagai penjaga semangat penerang desa untuk tetap bergerak, berubah, dan berbenah mewujudkan keadilan pada bumi desa desa di negeri ini. Obordesa.id ingin menjadi pengingat bahwa warga desa yang selama ini terpinggirkan, perlu didengarkan suaranya; meski itu lirih. Warga desa perlu obor agar ‘gelap’ desa terpecik terang. Meski kecil.
Dua minggu lalu; akhirnya semangat itu Kami tuangkan. Tidak ada haru biru. Kami berdua; sahabat lama yang terpisah panjang oleh waktu, puluhan tahun, setelah pernah berproses dalam atap beduasatu. Bahkan hingga detik ini pun Kami belum pernah bertemu kembali secara fisik setelah dipisahkan oleh waktu.
Namun belenggu waktu tak bisa mengekang semangat, ide, gagasan, idealisme, dan cita cita Kami yang lahir dan besar di desa. Kami hanya ingin; agar suara suara desa yang tidak pernah terdengar oleh pusat (negara), mendapat tempat, meski kecil. Inilah jalan yang menuntun lahirnya Obordesa.id.
Sederhananya; Obordesa.id hanya ingin menjadi wadah untuk membantu masyarakat desa guna memperjuangan aspirasinya. Konsepnya; civic journalism. Siapa saja boleh menuliskan kabar atau berita yang bagus bagus tentang desa. Agar ia menjadi samangat bagi yang lainya. Tentu saja asal sesuai dengan ruh visi misi Obordesa.id.
Bagaimana kedepan; tentu Kami ingin menjadi inspirasi bagi desa dan masyarakatnya. Namun, Obordesa.id tidak ingin terjebak oleh waktu. Sampai kapan dan kemana obor ini berlabuh; wallahu’alam. Kita ikuti saja. Selama ia masih dibutuhkan dan kita pingin berbuat kebaikan, wadah ini akan tetap bertahan. Soal keagungan dan gerlap; biarlah sejarah yang menjabarkan (Khoirul Rosyadi).