Pasar Kejawan. Letak pasar ini, berjarak sangat dekat dengan pasar Kamal. Hanya berjarak beberapa meter. Namun, pasar ini lebih sempit dan kecil di bandingkan pasar Kamal. Meskipun sempit dan kecil pasar ini masih ramai dikunjungi oleh pembeli. Ketika melaksanakan wawancara dengan beberapa pembeli yang datang kepasar tersebut, pembeli mengaku bahwa lebih senang berbelanja di pasar Kejawan ini. Pasar yang bersih, dan sangat tertata dengan ukurannya yang sangat mini dan kecil membuat para pembeli tidak kebingunan untuk mencari barang yang akan dibutuhkan. Pasar ini buka setiap hari seperti pasar pada umumnya. Penulispun bertanya kepada salah seorang penjual sayur yang menjual sayurnya di pasar tersebut, dan penjualpun menjawab bahwa lebih senang berjualan di pasar Kejawan karena pasar ini saingan penjualnya lebih sedikit, selain itu biaya pangkal pasar lebih murah dibandingkan pasar Kamal.
Pasar Kejawan diberikan istilah oleh penulis sebagai pasar toleransi dan pasar solidaritas karena toleransi antara masyarakat yang rumahnya berada di gang RW 001, penjual dan pembeli dalam menjalankn aktifitasnya. Solidaritas dan toleransi ini terlihat ketika masyarakat yang tinggal di gang ini tidak merasa terganggu dengan adanya pasar tersebut. Berbeda dengan pasar yang berada di Surabaya, yang di gusur oleh satpol pp dan terjadi konflik antara masyarakat yang berada di perkampungan dan penjual yang menjajakan dagangannya. Konflik ini terjadi karena masyarakat yang tinggal di perkampungan merasa terganggu ketika akan menjalankan aktifitasnya dengan adanya pasar tersebut. Hal ini terlihat bahwa toleransi antara masyarakat dan penjual yang menjajakan dagangannya di pasar gang Surabaya sangat minim.
Budaya toleransi inilah yang membuat pasar Kejawan menjadi pasar yang tergolong unik. Coba deh bayangkan, betapa ribetnya kalian jika kalian tinggal digang ini dan harus keluar masuk gang dengan menggunakan sepedah motor, terus kalian yang seharusnya bisa langsung menaiki motor keluar untuk keluar gang tapi kali ini tidak, jadi kalian harus berjalan sambil menuntun motor karena menghargai penjual yang berjajar disekeliling kanan dan kiri jalan? Helooow….. tentu ribet bukan? Dan jawabannya pasti ribet sekali. Namun, hal ini dapat diatasi oleh masyarakat yang tinggal di gang dengan penjual yang berdagang di pasar Kejawan tersebut. Masyarakat yang akan melintasi gang ini harus menuntun motornya sampai depan gang dan melewati keramaian para pembeli dan penjual serta hiruk pikuk segala aktifitas yang ada di pasar. Bahkan, ketika ada took yang ramai dikunjungi oleh pembeli, sehingga menyebabkan antrian yang panjang, masyarakat yang akan melewati jalan tersebut harus rela menunggu sampai ia sekiranya mendapatkan sedikit jalan untuk ia lewat dan motornya. Penulis mencoba untuk menanyakan alasan masyarakat tetap memberikan izin para pedagang untuk berjualan di gang ini, dan salah satu masyarakat menjawab bahwa awalnya dipasar ini hanya ada beberapa penjual dan tidak seramai ini, namun setelah beberapa bulan banyak warga mengetahui bahwa gang ini ada yang berjualan, dan lambat laun yang berjualan semakin banyak. Bahkan, pedagang yang dahulu berjualan dipasar Kamal, rela berpindah jualan di pasar ini. Selain itu, bentuk toleransi lain ditunjukkan oleh masyarakat yang sebelah rumahnya digunakan untuk stan para penjual untuk menjajakan dagangannya. Ketika pagi dan sang penjual akan manata dan menyiapkan dagangannya, terkadang dibantu oleh masayarakat yang rumahnya dekat dengan toko tersebut.
Masyarakat sangat senang dengan keberadaan pasar ini, karena dengan adanya pasar ini dapat menciptakan pekerjaan baru bagi masyarakat sekitar gang terutamabagi ibu rumah tangga yang dahulunya mereka menganggur namun setelah adanya pasar ini mereka dapat berjualan, jaraknya dari rumah mereka pun sangat dekat. So, mereka tidak perlu bersusah payah untuk mengangkut barangdagangan terlalu jauh, otomatis dengan adanya pasar ini mampu meningkatkan perekonomian keluarga. Menurut pengakuan beberapa penjual yang berdagang di pasar ini, mereka sebelumnya pernah berdagang di pasar Kamal, namun karena di pasar Kamal harga stan sangat mahal, dan banyak pula pesaingnya, maka mereka pindah ke pasar kejawan ini. Faktor lain yang melatar belakangi masyarakat selain hal-hal diatas yaitu, dengan adanya pasar ini ketika membutuhkan sesuatu seperti belanja kebutuhan sehari-hari mereka tidak perlu berjauh-jauh, semua dapat mereka peroleh dengan mudah dan cepat tanpa harus pergi jauh-jauh. Jangan salaah ya guyss…. Pasar ini juga memberi pemasukan uang kas RW 001, karena setiap pembayaran stan yang dibayar oleh para penjual masuk ke kas RW. Pembayaran uang stan ini biasanya diberikan kepada petugas RW. Bayangkan saja 1000 per hari, terus satu bulan sudah berapa, satu tahun apalagi???. Dan penjual yang ada dipasar ini juga jumlahnya cukup banyak
Pedagang yang berjualan di pasar ini dan masyarakat sekitar gang jika pada diibaratkan melalui materi IPA (ilmu pengetahuan alam) yang pernah kita peroleh dilingkungan sekolah yaitu sebagai sebuah simbioss mutualisme, yaitu sama-sama menguntungkan. But, because we are sosial person, maka hal ini sesuai dengan teori pertukaran (resiprositas) yang dipaparkan oleh tokoh sosiologi modern yang sangat terkenal yaitu George C. Homans. Menurut George C. Homans dalam berinteraksi antar individu lainnya, maka seorang individu akan mempertimbangkan apa yang menjadi keuntungan apabila ia akan berinteraksi dengan orang lain. Dari sini, kita melihat bahwa interaksi ini akan menyebabkan seseorang mempertimbangkan apa yang menjadi keuntungan dan kerugian yang menjadi konsekuensi dari interaksi tersebut. Teori ini melihat dunia sebagai arena pertukaran, tempat orang-orang bertukar ganjaran atau hadiah. Jika dikaitkan dengan tulisan yang ditulis oleh penulis diatas, maka masyarakat dan penjual yang berdagang di pasar Kejawan tersebut menganggap pasar sebagai arena pertukaran, yang pasar tersebut dapat memberikan keuntungan kepada masyarakat dan penjual. Dengan adanya pertukaran atau resiprositas yang terjadi ini, maka dapat melanggengkan budaya toleransi yang sangat sulit untuk dilakukan pada masyarakat pada umumnya. Budaya toleransi ini patut untuk kita contoh dan kita gunakan sebagai pedoman hidup untuk melakukan kegiatan sehari-hari. Sudahkah kalian siap untuk melakukan toleransi seperti diatas ??? (Armita Desra Anggraini)