Pasar tradisional yang masih eksis keberadaannya ditengah-tengah keberadaan pasar modern adalah Pasar Keppo. Pasar Keppo tergolong dalam pasar tradisional, sebab nuansa yang terjadi dalam aktivitas-aktivitas pasar tersebut masih mencerminkan nilai-nilai pasar tradisional. Pasar Keppo merupakan salah satu pasar yang terletak di Pandian, Desa Polagan, Kecamatan Galis, Kabupaten Pamekasan, Jawa Timur. Letak pasar Keppo berada di pinggir jalur Pamekasan-Sumenep. Pasar ini juga selalu menjadi pusat perhatian masyarakat lokal maupun luar, karena seringkali nama Pasar Keppo muncul dalam berita-berita media massa dengan kemacetan lalu lintas yang menjadi masalah bagi pengguna jalan.
Sistem pasar yang diberlakukan dalam Pasar Keppo masih sama dengan pasar-pasar tradisional pada umumnya, yaitu menggunakan sistem tawar-menawar, menggunakan alat pembayaran uang tunai, dan masih terlihatnya nilai-nilai solidaritas yang mencirikan suatu bentuk pasar tradisional. Seorang pedagang akan masuk ke pasar sebagai penjual jenis barang tertentu yang membangun jaringan distribusi antara satu pedagang dengan pedagang lainya. Kemudian seseorang akan berkeliling dari satu tempat ke tempat lain didalam satu pasar untuk mencari barang yang dibutuhkannya, untuk dijual kembali atau digunakan untuk dirinya sendiri. Kesederhanaan siklus ini memunculkan pola interaksi sosial yang cukup unik, jenis jenis barang dan nilai transaksi yang beragam menempatkan pasar dan para pelakunya dalam sebuah dinamika yang memungkinkan para pedagang menjalin hubungan transaksional dengan berbagai orang dari latar belakang yang beragam, Selain itu, Pasar Keppo termasuk dalam pasar tradisional karean salah satu pasar yang didalamnya secara fisik menyediakan barang-barang yang bersifat tradisional.
Bangunan di pasar ini berbentuk toko dan kios. Toko semi permanen umumnya digunakan untuk berjualan aneka kue, pakaian, dan barang atau perabotan lainnya. Adapun los-nya yang digunakan untuk berjualan buah-buahan, sayuran, ikan, daging dan sebagainya. Seperti pada umumnya pasar tradisional lainnya, penerangan di pasar Keppo secukupnya, dan tidak ber-AC. Bangunan yang sangat sederhana dan tidak terlalu nyolok dengan berbagai macam hiasan. Namun, saat ini kondisi pasar Keppo telah mendapatkan perhatian khusus, renovasi-renovasi bangunan pasar telah dilakukan dengan tujuan untuk memberikan rasa nyaman bagi para pengunjung. Di Pasar Keppo terdapat dua lokasi, dimana tempat barang yang diperjualbelikan. Lokasi tersebut digolongkan berdasarkan jenis barang yang disediakan, yakni Pasar Palawija dan Pasar Sapi.
Budaya di Pasar Palawija
Pasar palawija ini merupakan bagian dari Pasar Keppo. Letaknya yang berada disebelah bahu jalan raya membuat orang-orang yang berkunjung mudah untuk mengaksesnya. Di dalam pasar palawija ini terdapat beragam jenis barang-barang yang berhubungan dengan palawija. Seperti namanya, barang-barang yang diperjualbelikan di pasar ini merupakan hasil panen kedua dari para petani, seperti halnya jagung, kacang tanah, juga tembakau yang sudah diolah. Selain itu, pasar ini juga menyediakan barang-barang kebutuhan hidup seperti halnya pasar tradisional pada umumnya. Mulai dari sembako, bahan-bahan makanan sehari-hari, pakaian, dan juga di tepi-tepi pasar terdapat beberpa penjual makanan yang siap dihidangkan bagi para pembeli. Pasar ini berbeda dengan Sapi yang merupakan bagian dari Pasar Keppo yang buka tiap hari-hari tertentu, Pasar Palawija buka setiap hari mulai pukul 00.07-16.00 WIB. Di dalam pasar Palawija juga terdapat pedagang Clurit yang merupakan salah satu aset budaya Madura. Letaknya berada di tengah-tengah antara Pasar Palawija dengan Pasar Sapi. Uniknya dalam proses penjualan Clurit ini tidak sembarang orang dilayani, artinya terdapat jenis-jenis Clurit khusus yang tidak akan diperjualkan kepada pembeli. Penjual Clurit ini juga memilih jenis-jenis Clurit yang dilapakkan dalam tokonya, dan ada beberapa jenis yang hanya diperlihatkan ketika pembeli menanyakan. Terkait dengan hal tersebut bagi pejual merupakan salah satu bentuk budaya yang dipertahankan sampai saat ini
Budaya di Pasar Sapi
Seperti yang disebutkan pada paragraf sebelumnya, Pasar yang berada di dalam Pasar Keppo lainnya adalah Pasar Sapi. Pasar Sapi ini letaknya di belakang dari Pasar Palawija. Pasar inilah yang seringkali menjadi pusat perhatian masyarakat lokal maupun non lokal, karena pasar Sapi yang ada di Pasar Keppo ini merupakan salah satu terbesar di Pulau Madura. Banyak yang datang dari luar Kabupaten Pamekasan yang datang untuk membeli ataupun menjual sapi di pasar ini. Karena pasar ini merupakan tempat berkumpulnya penjual-penjual sapi dari berbagai wilayah di Madura, semakin banyak pula yang berkunjung ke pasar ini untuk membeli sapi ataupun hanya sekesar melihat-lihat sapi. Sapi yang disediakan di pasar ini beraneka ragam jenis, umur, sesuai dengan keinginan pembeli. Ada jantan, betina, yang berumur 3 bulan, dan juga ada yang berumur cukup uuntuk dijadikan hewan kurban.
Pasar ini tidak setiap hari ada, dan hanya buka tiap hari Selasa dan Sabtu antara pukul 09.00-16.00 WIB, namun hal itu pun tergantung kondisi pengunjung atau pembeli sapi-sapi yang diperjualbelikan. Jika dirasa sudah mulai sepi, tidak sampai pukul 16.00 WIB, banyak penjual-penjual sapi yang mulai berkemas dan kembali pulang. Ramainya Pasar Keppo tidak lepas dari Pasar Sapi ini, karena yang menjadi penyebab dari kemacetan dan keramaian diruas jalan adalah sapi-sapi ini. Saat naik-turunnya dari truk atau pick up setelah transaksi jual beli ini yang menjadi biang dari kemacetan. Banyak dari pengunjung Keppo, khususnya bagi warga setempat menghindari hari Selasa dan hari Sabtu ketika ingin berbelanja dengan alasan terlalu ramai, terkecuali jika ingin membeli sapi.
Sebagai bentuk budaya Pasar Madura yang ada di Pasar Keppo, hal ini yang menjadi suatu budaya pasar tradisional yang masih ada dan eksis sampai saat ini. Pola perilaku, bentuk fisik, dan aktivitas-aktivitas yang ada dalam Pasar Keppo ini merupakan budaya pasar tradisional yang tercipta secara alamiah dan masih tetap bertahan. Budaya pasar Madura ini juga salah satu bentuk budaya yang tidak dapat digantikan oleh pasar modern. Melalui aktivitas pembeli maupun penjual, unsur-unsur kebudayaan dilakukan setiap harinya secara berulang-ulang. Masih terjaganya pasar tradisional merupakan bentuk adanya penyatuan antara masyarakat dengan tradisi kerakyatan ini. Bentuk kesatuan yang terlihat dari aktivitas berulang-ulang, dalam keriuhan dan keramaian pasar, ialah sebuah wujud identitas budaya pasar Madura.