(Bandung 12/11) Sustainable Development Goals (SDGs) atau Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (TPB) adalah konsep pembangunan yang menjadi komitmen dunia. Konsep yang digagas untuk meningkatkan kesejahteraan ekonomi dan kualitas hidup masyarakat secara berkeadilan dengan tata kelola yang baik tersebut perlu mendapatkan dukungan dari berbagai pemangku kepentingan. Salah satunya, melalui kolaborasi antara dunia industri dan perguruan tinggi melalui berbagai program yang inovatif dan implementatif dalam membangun ketahanan ekonomi pedesaan.
Hal tersebut diungkapkan Yudi Ahmad Faisal, Ph.D., Direktur Pusat Studi Manajemen dan Bisnis (LMFEB), FEB Universitas Padjadjaran, Bandung, dalam keterangan tertulisnya (12/11).
Menurut Yudi, sesuai Indeks Desa Membangun (IDM) Tahun 2021, Dari total 74.957 Desa di Indonesia, baru sekitar dari 30% Desa yang masuk dalam kategori Maju dan Mandiri. Berdasarkan kondisi, tersebut, pihaknya berkolaborasi dengan Bank Rakyat Indonesia (BRI) menyelenggarakan program Deepening ‘Desa BRILIAN’.
Diinisasi sejak tahun 2020, ‘Desa BRILIAN’ merupakan program inkubasi desa yang bertujuan menghasilkan role model dalam pengembangan desa, melalui implementasi praktik kepemimpinan desa yang unggul serta semangat kolaborasi untuk mengoptimalkan potensi desa berbasis SDGs atau TPB.
“Desa yang tergabung dalam program ‘Desa BRILIAN’ diharapkan menjadi sumber inspirasi kemajuan desa yang dapat direplikasi ke desa-desa lainnya,” lanjutnya.
Sampai saat ini, program ‘Desa BRILIAN’ telah diikuti oleh 1.532 desa yang aktif tergerak berinisiatif dan berkomitmen untuk maju melalui program-program yang telah direncanakan.
Program tersebut mengembangkan 4 aspek yang terdapat dalam desa, yaitu: BUMDES sebagai motor ekonomi desa, Digitalisasi (implementasi produk dan aktivitas digital di desa), Sustainability (membangun desa secara tangguh dan berkelanjutan), Innovation (kreatif dalam menciptakan inovasi). Selain itu, dilakukan pula pemberdayaan kepada elemen-elemen kunci yang ada di desa meliputi: Perangkat Desa (Kepala Desa), Pengurus Bumdes, Badan Permusyawaratan Desa, Pelaku Usaha Desa, dan Pegiat Produk Unggulan Kawasan Perdesaan (Prukades).
Yudi menjelaskan bahwa inagurasi Deepening ‘Desa Brilian’ merupakan puncak dari kegiatan pelatihan dimana 144 Desa dari 7 Provinsi mengikuti pelatihan kurang lebih 2 bulan dan mengikuti 8 kali kelas online fokus pelatihan pemberdayaan. Deepening Desa Brilian ini membahas topik seputar kepemimpinan kolaboratif, penguatan kelembagaan BUMDes, digitalisasi, kewirausahaan, dan manajemen keuangan BUMDes/ Desa.
Dalam kegiatan inagurasi ini, diumumkan 3 (tiga) desa peserta terbaik, yaitu juara pertama adalah Desa Jangkang Satu, Kecamatan Kubu – Kabupaten Kubu Raya, Kalimantan Barat; juara kedua adalah Desa Tempuran, Kecamatan Wanayasa, Kabupaten Banjarnegara Jawa Tengah; dan juara ketiga adalah Desa Sukalaksana, Kecamatan Samarang, Kabupaten Garut, Jawa Barat.
Ketiga Desa tersebut akan mendapatkan pendampingan langsung oleh Universitas Padjajaran selama 1 bulan dengan 4 kali pertemuan tatap muka, dimana pendampingan tersebut dapat dimanfaatkan oleh masing-masing desa untuk dapat lebih mengembangkan potensi yang ada di desa dan bersama-sama mencari solusi terbaik atas permasalahan-permasalahan dan tantangan-tantangan yang ada di desa.
Vice President of Social Entrepreneurship Incubation Division Bank BRI, M. Taufik Hidayat, yang menjadi salah satu narasumber dalam kegiatan tersebut menyatakan topik-topik pelatihan dalam kegiatan Deepening ‘Desa Brilian’ dibutuhkan oleh desa dalam menyongsong tantangan ekonomi ke depan.
Sementara itu, Direktur Program Institut Bisnis dan Ekonomi Kerakyatan (IBEKA) Adi Laksono berpendapat bahwa pelatihan tersebut juga mendorong masuknya isu energi sebagai salah satu hal yang mendapatkan respon serius dari desa. Hasil-hasil pembangunan, kata Adi, harus diarahkan untuk memperkuat energi, ekonomi, dan keadilan sosial.
”Implementasi pengembangan energi di desa diharapkan selaras dengan keadilan sosial dan ketahanan ekonomi desa. Keadilan sosial harus dirasakan sampai level pemerintahan terkecil yaitu pemerintahan desa,” pungkasnya.**