Dulunya terdapat paradigma bahwa perempuan merupakan beban dalam proses pembangunan lingkungan,hal ini terjadi akibat adanya ketidak setaraan gender dimana perempuan selalu dianggap lemah. Sama halnya dalam sektor pertanian,dimana perempuan dianggap kurang mampu untuk eksis dikarenakan masih adanya penilaian masyarakat terhadap partisipasi perempuan pada sektor pertanian yang masih mendiskriminasi perempuan serta asumsi yang menyatakan bahwa kegiatan pertanian merupakan urusan laki-laki.
Namun seiring dengan perkembangan zaman, Paradigma tersebut mengalami pergeseran dimana perempuan tidak lagi dipandang sebagai beban.Akan tetapi perempuan dijadikan sebagai mitra, bahkan menjadi subjek pembangunan yaitu sebagai pelaku dalam kegiatan pembangunan lingkungan yang ada di masyarakat.
Mengingat betapa pentingnya peran dan keberadaan perempuan dalam membawa warna tersendiri bagi keberlangsungan pembangunan lingkungan.Dimana pemikiran, gagasan, kemampuan, kreativitas, semangat dan kepekaan perempuan dibutuhkan melakukan transformasi sosial yaitu perubahan masyarakat dari tidak berdaya menjadi berdaya, mandiri.
Perempuan merupakan agen perubahan sosial dalam masyarakat yang dapat memberikan kontribusi atau pengaruh yang besar terhadap kualitas pembangunan lingkungan.Banyak hal yang dapat dilakukan oleh perempuan terkait hubungannya dengan pengelolaan dan pembangunan lingkungan.Sama halnya yang dilakukan oleh perempuan yang ada di desa Sumbul khusunya ibu-ibu,dimana ibu-ibu di Sumbul memiliki peranan yang penting dalam menjaga dan melestarikan lingkungan seperti mengurangi atau meminimalisir penggunaan pupuk kimia disektor pertanian dan lebih memilih menggunakan pupuk organik.
Perempuan tani yang ada di Sumbul diwadahi oleh kelompok tani yang bernama GAPOKTAN, Sehingga mereka selalu diberikan masukan dan arahan untuk menjaga ekosistem lingkungan dengan cara meminimalisir penggunaan pestisida dan pupuk yang terbuat dari zat kimia dan menganjurkan agar menggunakan pupuk organik. Tidak hanya sampai disitu saja para perempuan diajari untuk membuat pupuk organik yang berasal dari kotoran hewan dan dari rumput yang mudah terurai.
Bukan tanpa alasan mengapa perempuan tani di Sumbul berusaha untuk meminimalisir pestisida dan pupuk kimia,selain karena harganya relatif murah tetapi juga mengingat dampak yang ditimbulkan dari penggunaan pupuk kimia secara berlebihan yang menimbulkan polusi tanah.Penggunaan pestisida dan pupuk kimia secara berlebihan membuat tanah pertanian petani menjadi keras akibat sisa atau residu pupuk kimia, yang berakibat tanah menjadi sulit terurai sehingga tanaman petani menjadi sulit berkembang karena sulit menyerap unsur hara tanah.
Dengan banyaknya masalah-masalah yang ditimbulkan dari pemakaian pestisida dan pupuk kimia maka perempuan-perempuan di Sumbul berusaha meminimalisir penggunaannya dengan menggunakan pupuk kendang yang terbuat dari kotoran hewan seperti kotoran sapi,kerbau,dan kotoran kambing.Selain itu perempuan-perempuan di Sumbul juga memanfaatkan hasil pelakukan jerami padi dan rerumputan untuk dijadikan sebagai pupuk.Biasanya pupuk organik hasil buatan perempuan di Sumbul diaplikasikan ke tanaman dengan cara disemprot ataupun ditaburkan langsung ke tanaman.
Solusi dari pengurangan pupuk kimia yang dilakukan perempuan di Sumbul yaitu melakukan pembudidayaan tanaman dengan sistem pertanian organik. Dimana perempuan ataupun ibu-ibu di Sumbul yang tergabung dalam sebuah kelompok ataupun perkumpulan ibu-ibu yang diberi nama mama love membudidayakan sayur-sayuran,cabe,tomat dan tanaman obat di pekarangan rumah. Dimana pupuk yang digunakan adalah pupuk organik hasil olahan mereka sendiri.
Selain itu ibu-ibu di Sumbul juga memanfaatkan bekas air cucian beras,bekas cucian daging dan air kelapa yang biasanya dibuang begitu saja,tetapi bagi perempuan ataupun ibu-ibu di Sumbul air bekas cucian beras dan air kelapa disulap menjadi pupuk tanaman dengan cara menyiramnya ke tanaman sehingga dapat menyuburkan dan membantu pertumbuhan tanaman seperti sayur-sayuran,cabe,tomat dan tanaman obat.
Biasanya bekas air cucian beras dan cucian daging serta air kelapa tersebut terlebih dahulu dikumpulkan dalam satu wadah kemudia setelah air cucian beras dan bekas cucian daging serta air kelapa tersebut terkumpul banyak barulah ibu-ibu anggota kelompok mama love menyiramnya ketanaman mereka.
Selain itu ibu-ibu di Sumbul juga memanfaatkan sampah organik seperti daun pohon,tomat,cabe dan sayur yang sudah busuk menjadi kompos dari tanamannya.Sementara sampah an organik yang berserakan dan mengotori desa Sumbul dibersihkan kemudian dimasukkan kedalam tanah yang sudah digali sangat dalam dengan tujuan agar desa Sumbul terlihat bersih dan sehat tanpa adanya sampah an organik yang berserakan karena sampah an organik akan sulit terurai butuh puluhan tahun bahkan ratusan tahun lamanya agar sampah organik dapat terurai secara sempurna.